Di tengah tren smartphone berlayar besar dan desain seragam, Sharp AQUOS Sense 9 datang membawa nostalgia: ponsel kompak, tangguh, dan efisien yang tetap dibekali fitur-fitur kelas atas.
Dengan harga promo sekitar Rp3,5 juta di Erafone, Sense 9 seolah menjadi anomali di pasar — kecil secara ukuran, tapi besar dalam kemampuan.

Berikut ulasan lengkapnya setelah menelusuri data spesifikasi resmi, hasil pengujian performa, dan pengalaman penggunaan nyata.

 

Desain & Build Quality


Sharp mempertahankan gaya khas Jepang yang fungsional. Sense 9 terasa premium dan solid, berkat rangka aluminium dengan garis antena jelas yang memberi kesan kokoh sekaligus elegan.
Bobotnya hanya 168 gram, menjadikannya salah satu ponsel 5G paling ringan di kelasnya.

SIM tray-nya unik — tanpa jarum ejector, cukup dicabut langsung seperti ponsel era klasik, dan sudah mendukung microSD. Di bagian bawah ada speaker stereo, port USB-C 3.2, dan mic ganda.

Kompak bukan berarti rapuh: Sense 9 sudah mengantongi sertifikasi IP68 dan IP69, artinya tahan air dan debu, bahkan terhadap semprotan air bertekanan tinggi. Untuk kelas harga Rp3 jutaan, ini fitur yang nyaris tak tertandingi.

 

Layar Pro IGZO OLED 6,1 Inci


Sense 9 memakai panel Pro IGZO OLED berukuran 6,1 inci dengan resolusi Full HD+ (1080 × 2340 piksel). Teknologi IGZO milik Sharp terkenal hemat daya dan responsif, serta digunakan juga di lini flagship AQUOS R.

Keunggulan lain: refresh rate variabel 1–240 Hz. Ini bukan klaim sembarangan — jarang sekali ponsel di kelas menengah punya kecepatan layar setinggi itu. Hasilnya, animasi terasa mulus, scrolling halus, dan tampilan tetap jernih meski di bawah sinar matahari.

Layar ini juga sudah mendukung HDR10 dan Widevine L1, jadi nonton Netflix atau YouTube HDR terasa tajam dengan warna alami dan kontras yang solid.

 

Performa: Snapdragon 7s Gen 2 yang Efisien

https://id.sharp/sites/default/files/uploads/library/smartphone/sense/sense9/img/img_usability_04.jpg?v=1.2 

Di sektor dapur pacu, Sharp membekali Sense 9 dengan Snapdragon 7s Gen 2 (4 nm) — chipset yang setara dengan MediaTek Dimensity 7300 dalam hal performa.
Ponsel ini hadir dengan RAM 8 GB LPDDR4X dan storage 256 GB UFS 2.2.

Hasil Benchmark:

  • AnTuTu v10: ±603.000 poin
  • 3DMark Wild Life Extreme: Skor 807, dengan stabilitas 97,3%
  • PCMark Work 3.0: Skor kerja harian tinggi dan stabil
  • Geekbench 6 (rata-rata): 1.000 single-core / 2.900 multi-core

Angka-angka ini menunjukkan bahwa Sense 9 bukan sekadar “kencang di atas kertas”, tapi juga stabil dalam jangka panjang. Dalam stress test 20 menit, performanya tidak turun drastis — menandakan sistem pendinginan berjalan efektif.

Pengalaman Nyata:

  • Genshin Impact di setelan rendah berjalan stabil di 40–50 FPS.
  • Mobile Legends bisa dijalankan di 90 FPS stabil tanpa overheating.
  • Suhu maksimum hanya sekitar 42°C, tetap nyaman di tangan.

Ada sedikit frame drop ringan saat membuka aplikasi karena animasi antarmuka yang belum sepenuhnya optimal, namun tidak mengganggu performa keseluruhan.

 

Kamera: Dual 50 MP yang Serius


Sharp tidak main-main di sektor kamera. Sense 9 mengusung dua sensor utama beresolusi 50,3 MP (wide) dan 50 MP ultrawide, keduanya memakai sensor OmniVision.

Hasil Foto:

  • Siang hari: tajam, warna natural, dynamic range luas.
  • Ultrawide: cukup luas dan konsisten, meski kadang cenderung kebiruan.
  • Low light: detail masih terjaga, namun ada noise di area gelap.
  • Kamera depan 32 MP: cukup jernih, tapi skin tone agak pucat dan smoothing berlebihan.

Kamera ini mendukung perekaman 4K 30 FPS, bahkan di lensa ultrawide. Sayangnya, saat merekam video belum bisa mulus berpindah antar-lensa — bug kecil yang semoga diperbaiki lewat update.

Walau belum ada stabilisasi optik (OIS), hasil video tetap stabil berkat algoritma EIS yang cukup cerdas.

 

Baterai & Pengisian

https://id.sharp/sites/default/files/uploads/library/smartphone/sense/sense9/img/img_usability_01.jpg?v=1.2 

Baterai berkapasitas 5.000 mAh tergolong besar untuk ukuran bodi sekecil ini. Dalam pemakaian campuran (streaming, sosial media, kamera), daya tahan mencapai 1,5 hari.

Charger 30 W bawaan mampu mengisi penuh dalam ±75 menit.

Namun fitur paling uniknya adalah bypass charging — teknologi yang memungkinkan ponsel tetap menyala tanpa mengisi baterai saat digunakan (misalnya saat bermain game atau menonton video).
Ketika diaktifkan, arus ke baterai otomatis “nol”, artinya daya langsung ke sistem. Ini fitur yang biasa ditemukan di ponsel gaming mahal seperti ROG Phone, tapi kini hadir di kelas Rp3 jutaan.

 

Audio & Fitur Tambahan

  • Speaker stereo dengan karakter suara bright dan cukup jernih.
  • Haptic feedback lembut dan presisi, mirip flagship.
  • Display out via USB-C 3.2, memungkinkan tampilan ponsel ditransfer ke monitor eksternal — jarang ada di kelas harga ini.
  • Android 14 saat rilis, langsung update ke Android 15 dengan patch keamanan Agustus 2025.
  • Fitur tambahan seperti auto-scroll, intelligent charging, dan game mode membuat pengalaman pakai lebih efisien dan minim gangguan.

 

Kekurangan

Meski impresif, Sense 9 masih punya beberapa titik lemah:

  • Animasi UI kadang patah-patah, efek visual belum sehalus flagship.
  • Kamera depan cenderung pucat dan tidak stabil di kondisi gelap.
  • Bug Vulkan GPU di pengujian grafis tertentu.
  • Tidak ada OIS, jadi hasil foto bisa blur jika tangan gemetar.

 

Kesimpulan

 

Sharp AQUOS Sense 9 adalah smartphone compact terbaik di kelas menengah saat ini — bukan karena spesifikasinya paling tinggi, tapi karena fitur dan pengalaman pakainya terasa “premium”.

Dengan harga Rp 3,5 juta, kamu mendapat:
Frame aluminium dan IP68/IP69
Layar OLED 240 Hz + HDR10
Snapdragon 7s Gen 2 dengan performa stabil
Kamera ganda 50 MP dengan hasil natural
Fitur flagship seperti bypass charging dan display-out

Kekurangannya hanya di sektor kamera depan dan animasi UI yang bisa diperbaiki lewat update software.

Singkatnya, Sharp AQUOS Sense 9 adalah definisi “flagship compact versi realistis” — kecil, kuat, dan cerdas tanpa membuat dompet menjerit. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama